PENGORBANAN
Sore itu langit terlihat mendung, seakan meng-gambarkan perasaan feri yang sedang duduk di teras rumah. Feri yang sedang termenung, dikaget-kan dengan kedatangan adiknya, Vera.
Feri : “Dik, sebentar lagi kamu lulus?”
Vera : “Iya kak,memang kenapa?”
Feri : “Kamu ingin malanjutkan sekolah kemana?”
Vera : “Teman-teman aku banyak yang lanjut ke sekolah favorit. Kalau aku, lanjut ke sekolah biasa juga bersyukur, kalau tidak pun tidak apa-apa.”
Feri : “Bagaimana pun caranya kamu harus seko-lah.”
Vera : “Tapi kak, kita tidak punya banyak uang. Uang kita hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan kita sehari-hari.”
Feri : “Kakak akan berusaha.”
Keesokan harinya di sekolah.
Tejo : “Fer.” (Sambil menepuk Feri)
Feri : “Oh, kamu Jo.”
Tejo : “Kamu kenapa?”
Feri : “Aku bingung, sebentar lagi adik aku lulus sekolah. Tapi, darimana aku mendapatkan uang un-tuk pendaftarannya.”
Tejo : “Oh jadi itu masalahnya, gimana kalo kamu memanfatkan kepintaran kamu.”
Feri : “Maksudnya? Aku jadi tambah bingung.”
Tejo : “Lebih baik kamu pasang tarif saja buat teman-teman yang ingin nyalin tugas kamu.”
Feri : “Iya juga… Tumben kamu punya ide.”
Sesampainya di rumah.
Feri : “Assalamu’alaikum”
Vera : “Wa’alaikumsalam, barang bawaan kakak banyak sekali.”
Feri : “Iya, ini buku teman-teman kakak.”
Vera : “Kok bisa ada di kakak?”
Feri : “Emm (Diam sejenak). Kakak lapar, kita makan yuk?”
Vera : “Ayo kita masuk.”
Disekolah.
Tejo : “Fer, kamu dipanggil Ibu Nani di kantor.”
Feri : “Iya terimakasih.”
Di ruang Guru
Feri : “Assalamu’alaikum.”
Ibu Nani : “Wa’alaikumsalam, silahkan duduk.”
Feri : “ Iya bu terimakasih, ada apa Ibu memanggil saya?”
Ibu Nani: “Ini tulisan siapa? Jelaskan kepada Ibu.”
Feri : “Hmmm…”
Ibu Nani : “Feri, Ibu tahu kamu butuh uang buat biaya adik kamu sekolah.”
Feri : “Ibu tahu dari siapa?”
Ibu Nani : “Itu tidak penting, yang jelas yang kamu lakukan itu tidak baik feri.”
Feri : “Tapi, saya butuh uang.”
Ibu Nani: “Kamu melakukan itu sama saja membuat teman-teman kamu malas belajar.”
Feri : “Iya bu, maafkan saya.”
Ibu Nani: “Baiklah, tetapi Ibu tidak mau ada kejadian seperti ini lagi, yasudah kamu boleh pergi.”
Feri : “Permisi bu.”
1 Minggu kemudian.
Ibu Nani: “Tejo, tunggu sebentar.”
Tejo : “Iya bu, ada apa?”
Ibu Nani : “Tejo, Ibu mau tanya, Feri akhir-akhir ini tidak masuk sekolah. Kamu tahu kenapa?”
Tejo : “Hmm… katanya dia ingin berhenti sekolah bu.”
Ibu Nani : “Kenapa?”
Tejo : “Semenjak hari itu dia bertekad untuk mencari uang dengan cara bekerja agar adiknya bisa tetap melanjutkan sekolahnya.”
Tidak sengaja Vera mendengarkan pembicaraan Tejo dan Ibu Nani. Vera sangat kecewa kepada kakaknya, hingga malam harinya.
Dirumah
Feri : “Kamu kenapa?”
Vera : “Kakak bohong, selama ini kakak membawa setumpuk buku hanya untuk mendapatkan uang dengan cara mengerjakan tugas mereka, Iya kak?”
Feri : “Kakak hanya…”
Vera : “Kakak seharusnya tidak perlu seperti itu. Aku tidak melanjutkan sekolah pun tidak apa-apa.”
Feri : “Kamu harus tetap sekolah, agar bisa men-capai cita-citamu setinggi langit.”
Vera : “Tetapi, tidak harus mengorabankan sekolah kakak.”
Feri : “Kakak tidak punya cara lain, kakak adalah tulang punggung keluarga. Jadi, kakak punya keawajiban untuk membahagiakanmu.”
Vera : “Terimakasih kak.”
Feri : “Iya, besok kamu bayarkan uang pendafta-rannya. Ini uangnya.
Vera : “Terimakasih banyak kak, aku selalu sayang kakak.”
Akhirnya Vera bisa melanjutkan sekolahnya dan Feri pun ikut bahagia melihat adiknya bisa mencapai cita-citanya.
TAMAT