Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Berbagai Jenis dan Bentuk Teks


              BERBAGAI JENIS DAN BENTUK TEKS
 
        Pada pembahasan ini saya akan menjelaskan mengenai Jenis Teks dengan berdasarkan dari Jenisnya, bentuknya dan lain sebagainya. Sehingga kita akan dapat mengetahui bagaiamana pengelompokkan pada setiap ciri-ciri dari setiap Teks.
         Menurut KBBI Edisi ketiga Teks adalah naskah yang berupa adalah kata-kata asli dari pengarang sedangkan wacana adalah satuan bahasa terlengkap, maksudnya bahwa wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini disalurkan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.

        Nah, jelas bahwa pada pembahasan kali ini teks berada pada sebuah wacana atau karangan dan karangan tersebut akan termasuk kedalam jenis teks yang telah dibagi berdasarkan klasifikasi.
Wacana sendiri, memiliki beberapa ciri khasnya yakni : Urutan tipe kalimat dan klausa, Urutan-urutan penanda, ciri-ciri kata, urutan kalimat, dan klausa, ciri spasial urutan kalimat dan klausa serta penyambung formal dan semantik. Inilah yang akan menjadi acuan dalam pengklasifikasian jenis teks tersebut.
    Ada ribuan cara untuk mengemukakan gagasan, memahami jenis teks akan mempermudah si pengirim untuk memperolah gagasannya, dan penerima akan lebih mudah mencernanya. Beriktunya, pertama-tama saya akan mengemukakan jenis teks sesuai dengan acuannya .
1.    Jenis Teks Menurut Acuannya
    Pada dasarnya teks itu memberikan informasi, baik tentang suatu peristiwa, seseorang, sesuatu ataupun tentang si pengirim/penerima. Informasi yang diperoleh dapat benar ataupun tidak benar, fakta ataupun imajinasi. Jika acuan teks berada pada dunia nyata, maka teks itu tergolong teks non fiksi, sedangkan jika acuan dalam teks tersebut berada dalam dunia imajinasi, maka teks tersebut termasuk kedalam teks fiksi.
a.    Teks Non Fiksi
    Teks ini mempunyai acuan dalam dunia nyata, jadi acuannya tidak terbatas pada unsur kebahasaan. Contohnya, berita disurat kabar atau majalah, laporan rapat, rapor anak sekolah, resep masakan, aturan pakai suatu barang atau obat, artikel tentang olahraga, seni atau keistimewaan suatu daerah, buku atau makalah ilmiah dsb.
b.    Teks Fiksi
    Acuan pada teks fiksi tidak ada di dunia nyata, acuannya hanya tekstual, yaitu unsur bahasa yang ada pada teks itu biasanya terdapat ceritera. Karya fiksi biasanya sering kali menampilkan kebenaran dalam ceritera (kebenaran hakiki), yang tidak ada pada pandangan pertama, namun karya fiksi tidak mempunyai acuan dalam dunia nyata. Jika Seseorang yang bersangkutpaut dengan karya fiksi, baik novel, drama, puisi, komik ataupun film, harus paham bahwa dia memasuki suatu dunia yang bukan dunia nyata. Dunia fiksi bersumber dari dunia nyata, jika sesuatu telah diperoleh dari dunia nyata dan dimasukkan ke dalam dunia fiksi, maka hal itu tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu  realita, tetapii suatu “realita fiktif” suatu hasil imajinasi, suatu hasil kreasi manusia.
    Jika karya fiksi berupa novel (hasil cetakan), maka acuannya berada diatas kertas cetakannya, sedangkan karya fiksi berupa film, maka acuannya hanya ada di film tersebut. Jika kita memasuki dunia fiksi, maka hendaknya dapat menerima segala kemungkinan yang ada dalam karya itu, tapi tak ada di dunia nyata, misalnya manusia terbang, bunga bercakap-cakap, dan lainnya, itulah yang harus diperhatikan bagi seseorang yang akan memasuki dunia fiksi.
c.    Batas antara Karya Fiksi dan Nonfiksi
    Kini, kita akan membahas pada permasalahannya, yaitu batas antara karya fiksi dan non fiksi. Cerita yang hampir sama saat kita baca dalam cerpen, memang dalam genre tertentu, terkadang ada ungkapan yang menunjukkan itu karya fiksi, contohnya “pada zaman dahulu “ , “alkisah”, “pada suatu hari”, dan seterusnya. Tetapi tidak selalu ada tanda-tanda itu, bahkan di zaman sekarang dapat dikatakan jarang muncul. Jadi, tanpa tanda-tanda fisik (tempat penjualan, tipografi, ilustrasi dan lainnya) sulit untuk menentukkan jenis teks yang kita baca, fiksi atau bukan. Perbedaan yang paling penting adalah bahwa informasi yang muncul dalam karya fiksi, tak dapat ditelusuri, sedangkan bila informasinya yang lebih kurang muncul di karya nonfiksi (berita disurat kabar atau bukti tentang pengetahuan social), maka kebenaran acuannya dapat ditelusuri.
2.    Jenis Teks Menurut Saluran Komunikasi (Media) yang Digunakan  
    Banyak saluran komunikasi yang dapat digunakan untuk membentuk teks. Teks dapat disampaikan dengan bahasa lisan, tertulis, gambar maupun dengan film . 
a.    Teks Lisan
    Teks lisan ada yang bersifat monolog (komunikasi searah) dan bersifat dialog atau percakapan antara dua orang atau lebih (komunikasi timbal balik). Dalam suatu percakapan, selain terdapat unsur-unsur prosodi (intonasi,nada suara, debit atau kecepatan bicara) ada hal yang lain berperan, misalnya mimik, gerakan tangan, juga situasi komunikasi. Jika teks lisan berupa dialog maka reaksi si penerima dapat diketahui saat itu, karena yang terlibat berada pada satu ruang dan satu waktu. Wacana yang disampaikan secara lisan, awalnya tidak dapat dipertahankan karena adanya kendala waktu. Namun hal itu tidak menjadi suatu halangan, dengan adanya perkembangan teknologi, saat ini begitu banyak rekaman wacana lisan, baik rekaman kaset audio, maupun kaset audio-visual (yang kini dikenal dengan VCD). Contoh wacana lisan yang dituliskan :
Mpok patime    : “es kelapanye, bang ! lagi aus nih.”
Bang jarwo    :”dari mane , mpok?”
Mpok patime    :”noh , dari kulon , nyariin dukun buat enyak. Eh, nggak ketemu.”
Bang jarwo    :”aye denger , diwtan juge ade dukun yang sakti.”
Derum bensin memutus pembicaraan mereka .
Mpok patime (sambil menerima es kelapanya):”sialan tuh drum!” mentang-mentang kagak ade isinye malah jatoh!”
b.    Teks Tertulis
    Teks yang ada didalam surat kabar atau majalah (berita, artikel, tentang suatu hal, iklan, resep masakan, dan yang lainnya ), masing-masing memiliki tipografi dan susunan yang berbeda-beda. Setiap artikel atau berita memilik judul yang ditulis dengan ukuran yang berbeda, baik besarnya maupun tebalnya. Mislanya, resep masakan biasanya disertai foto-foto makanan yang kemudian dituliskan resepnya, sedangkan iklan jauh berbeda dengan iklan baris. Begitupun dengan karya sastra yang menggunakan kosa kata dan struktur berbeda dari teks berita, misalnya kualitas kertas, gambar kulit (perwajahan), bahkan juga hurufnya tergantung dari edisi buku. Bahasa lisan sangat tergantung dari situasi komunikasi. Jika dalam pembicaraan bahasa resmi maka yang digunakan dalam suasana resmi, kemudian pilihan kata maupun bentuk sintaksis dalam bahasa lisan tidak jauh berbeda dengan yang  digunakan dalam bahasa tulisan.
Contoh teks tertulis :
Indramayu
Orang-orang dalam merayakan kemenangan segala-galanya diluar prediksi dan mimpinya. Keberanian munculnya seperti ular dari belukar. Kepercayaan pada diri sendiri dan cinta tanah air meluap seperti ruap larva gunung merapi. Pemakaian pemikiran menjadi berkurang, orang-orang bertindak seperti binatang dan hasilnya menjanjikan. Orang mulai tak percaya lagi kepada Tuhan. Tuhan baru datang dan namanya macam-macam, bom, mitralyur, mortir.
3.    Jenis Teks Menurut Bentuk Penyajian dan Isinya
Banyak ahli yang membagi jenis ini, masing-masing dengan sedikit perbedaan. Gorys Keraf misalnya, mengemukakan jenis teks deskripsi, teks eksposisi, narasi dan argumentasi. Sedangkan, J.M. Adam mengemukakan jenis wacana: deskripsi, narasi, argumentasi, eksplikasi dan dialog. Kemudian Werlich (dalam Renkema) mengatakan bahwa jenis wacana: deskripsi, narasi, argumentasi, dan intruksi. Pengelompokan terakhir inilah yang akan dijelaskan berikut ini. 
1.    Teks Deskriptif
Deskripsi adalah suatu wacana yang menjelaskan gambaran tentang sesuatu atau seseorang, yang biasanya di jelaskan secara terperinci atau detail, berupa sesuatu yang nyata/fiksi
Dapat dikatakan bahwa ciri deskripsi adalah hubungan spasial (kesatuan tempat). Maksudnya, detil-detil yang digambarkan mempunyai hubungan satu sama lain, dan tidak merupakan gambaran yang terpisah. Gambaran itu bersifat simultan (hadir secara bersamaan, sedangkan wacana naratif peristiwa yang ditampilkan bersifat berurutan (successifs). Deskripsi dikaitkan dengan bentuk wacana lain. Dalam wacana naratif terdapat deskripsi tempat, orang, benda lain ataupun suasana tertentu. Adanya deskripsi, pembaca lebih mampu membayangkan apa yang diceritakan dan imajinasi pembaca menjadi lebih hidup. Demikian pula dalam teks argumentatif, eksplikatif dan instruktif sering digunakan deskripsi sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu.
Contoh 1:
Hari mulai petang, sebentar lagi akan gelap. Di kejauhan masih ada sedikitt warna merah yang menunjukan bahwa sang surya mulai tenggelam. Anak-anak gembala pulang sambil duduk di punggung kuda yang baru dimandikannya. Para petani pulang dari sawah sambil membawa jangkul dipundaknya. Makin lama, sinar lembayang makin menghilang di balik garisnya. Suasana hening di desa, burung pun telah kembali kesarangnya. Biji-biji padi yang tadi siang kuning keemasan, kini menjadi bayangan hitam, demikian juga pohon-pohon di kejauhan tampak berwarna kegelapan. Di jalan, masih ada beberapa orang yang lewat tergesa-gesa seakan takut kehilangan rumahnya.
2.    Teks Eksplikatif
    Teks eksplikatif terdapat suatu penjelasan dan bertujuan agar pembaca memahami sesuatu (suatu fenomena). Dengan demikian, wacana ini tidak digunakan untuk mengubah opini orang, melainkan untuk memberikan suatu pengetahuan yang luas, atau menerangkan suatu pokok permasalahan. Oleh karena itu, jenis wacana ini sering digunakan untuk menampilkan uraian ilmiah (misalnya makalah) dan bahasa yang digunakannya bahasa objektif, bukan bahasa subjektif.
    Ciri wacana ini adalah adanya suatu pertanyaan sebagai titik awal (pembuka) wacana. Pertanyaan ini bisa bersifat eksplisit dan implisit. Jawaban atas pertanyaan terdapat dalam keseluruhan penjelasan yang ada dalam wacana. Di dalam wacana eksposisi tidak merupakan suatu jenis wacana tersendiri, karena eksposisi dapat dimasukkan ke dalam deskripsi atau teks eksplikatif. Contoh jenis wacana eksplikatif, penjelasan guru, makalah hasil penelitian, dan skripsi.
3.    Teks Instruktif
Teks ini memaparkan tentang petunjuk (misalnya aturan pakai), aturan (misalnya aturan main), peraturan (misalnya peraturan pada suatu perguruan) dan pedoman (misalnya pedoman dalam suatu organisasi). Dalam teks ini sering digunakan imperatif, tetapi juga intruksi itu dikemukakan secara implisit. Teks ini dibuat supaya si pembaca melakukan tindakan atau sebaliknya, tidak melakukan suatu tindakan tertentu.
Contoh:










Teks di atas menjelaskan bahwa intruksi diberikan secara eksplisit, baik dalam bentuk imperative (“Ketahuilah”, “ “Lindungilah”, “Usahakanlah”, “Lakukan”, “Jagalah”, “Pertahankan”, “Pastikan”, dalam bentuk afirmatif (“mengkonsumsi”), juga dalam bentuk larangan (“Jangan lupa”). Selain itu ada juga yang dikemukakan secara implicit (“keteraturan seks di waktu muda meningkatkan kepuasan kegiatan seks usia yang pas”).
4.    Teks Argumentatif
Berbeda dengan wacana eksplikatif yang memberi pengetahuan pada pembacanya, teks ini bertujuan mempengaruhi, mengubah pendapat, sikap atau tingkah pembaca atau keseluruhan pendengarnya. Mengubah pendapat dilakukan dengan memberikan pendapat yang logis, sehingga bisa dipercaya kebenarannya. Karena itu, ciri utama dari teks argumentatif adalah hubungan logis antargagasan.
Fungsi argumentatif tidak selalu dijelaskan dengan satu cara. Untuk mempengaruhi pembacanya, bisa saja suatu pendapat dikemukakan dengan berbagai stratetgi persuasif, argument dapat disatupadankan dengan wacana lain, contohnya wacana deskriptif dapat dibuat argument terhadap suatu pemecahan masalah, begitu juga bentuk naratif (misalnya suatu fable atau dongeng sebagai argument moral). Efektivitasnya suatu argumen terdapat pada koherensi dan kohesi wacana, penalarannya (induktif / deduktif) dan cara penyusunannya [dalam bentuk klasual (sebab-akibat), bentuk konsekutif (urut-urutan / akibat-sebab)]. Ada empat hal yang perlu diketahui dalam penyusunan wacana argumentatif, yaitu:
•    Sumber (pegirim): Ini berkaitan dengan kemampuan sang pengirim dan perasaan yang dimunculkan oleh sumber itu (contohnya perasaan simpati atau antipasti, suka atau tak suka). Sebagai contohnya suatu peraturan di sekolah lebih efektif bila diberitahukan oleh kepala sekolah dari pada oleh kepala kelas), apalagi jika kepala sekolah itu dicintai oleh murid-muridnya.
•    Pesan: Ini berkaitan dengan pesan yang akan disampaikan. Pendapat mana yang akan digunakan untuk bertanggungjawab atas peraturan sekolah yang akan dikeluarkan itu? Bila pendapatnya lebih dari satu, pilihlah yang lebih efektif, yang sangat penting ditampilkan lebih dahulu, atau pendapat terpenting dikemukakan paling akhir?
•    Saluran komunikasi: Mana yang lebih efektif, apakah pengumuman di tempatkan di papan pengumuman,  ditulis dalam selembar kertas, dipasang dalam bentuk poster atau disampaikan ke kelas-kelas oleh guru masing-masing?
•    Penerima: Pengirim pesan perlu mempertimbangkan penerima. Bagaimana sikap awal penerima? Apakah mereka akan membantah gagasan yang akan dikemukakan atau tidak? seberapa banyak pengetahuan penerima tentang hal yang akan dikemukakan?
Demikianlah hal-hal yang penting dalam wacana argumentatif.
5.    Teks Naratif   
    Teks ini biasa disebut “ceritera”, merupakan serangkaian peristiwa yang terjadi pada seorang tokoh (tokoh ini bisa manusia, binatang, tanaman atau benda). Peristiwanya bisa berupa peristiwa nyata, meskipun tetap disebut fiktif. Teks naratif cirinya terdapat hubungan waktu di antara peristiwa-peristiwa tersebut dan semua mempunyai kesatuan tindakan. Sedangkan unsur ceriteranya subjek (tokoh yang melakukan tindakan), predikat (tindakan) dan temporalitas (hubungan waktu).
    Peristiwa-peristiwa tersebut dijabarkan dalam wacana yang utuh. Cerita selalu merupakan suatu seleksi, tak mungkin semua peristiwa ditampilkan, sekali pun dalam ceritayang berpotensi realis.
    Berikut ini ciri teks naratif:
a.    Adanya rangkaian peristiwa – Supaya suatu cerita terbentuk, harus ada susunan minimal peristiwa yang sedang berlangsung. Supaya, disebut cerita, rangkaian peristiwa itu disusun dalam fungsinya ke situasi akhir. Dengan demikian, linearitas temporal dapat menimbulkan masalah, sebagaimana terlihat, misalnya pada cerita detektif.
b.    Adanya kesatuan tindakan (setidaknya ada seorang tokoh subjek) – suatu cerita setidaknya ada seorang tokoh, yang ditempatkan dalam waktu tertentu. Hal ini bisa menyatukan cerita a dan b, oleh karena itu kehadiran tokoh memungkinkan adanya suatu kesatuan tindakan.
c.    Adanya suatu proses – sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa perlu adanya kesatuan tindakan dalam cerita. Maksudnya adalah adanya situasi awal, perubahan dan situasi akhir. Ketiganya disebut juga dengan nama eksposisi, pengembangan dan peleraian.
d.    Adanya suatu hubungan kausal dalam suatu konflik – Dalam suatu cerita yang terpenting bukan hubungan kronologis, tetapi  hubungan logis atausebab akibat antar  satuan cerita yang fungsional. Hubungan sebab-akibat inilah yang membentuk kerangka dan struktur. Rangkaian hubungan logis inilah penentu cerita.
6.    Teks Informatif
Pada umunya teks memberikan informasi selain tujuan lainnya, contohnya untuk menggambarkan sesuatu (deskriptif), untuk bercerita (naratif), untuk mempengaruhi orang lain (argumentatif), untuk menjelaskan sesuatu (eksplikatif) dan untuk memberi perintah (instruktif). Teks ini memang betul-betul berpusat pada hal yang memberi informasi, informasi yang langsung dibutuhkan. Teks ini merupakan teks yang singkat. Contohnya, teks jam praktek dokter gigi, teks jam kedatangan dan keberangkatan kereta api, bus atau pesawat, dan lain-lain.
4.    Jenis Wacana Menurut Fungsi Bahasanya
a.    Fungsi Bahasa
Roman Jakobson mengatakan bahwa, setiap pemakaian bahasa menggunakan salah satu dari fungsi bahasa yang dikemukakannya,. Menurut pendapatnya, ada enam fungsi bahasa:
a.    Fungsi Bahasa referensial adalah Fungsi bahasa ini digunakan jika pengirim tidak ingin tampil, melainkan ia ingin menonjolkan acuan atau hal yang dibicarakannya. Contoh: Bangkok adalah Ibu kota Thailand
b.    Fungsi bahasa ekspresif yaitu Fungsi bahasa ini berpusat pada pengirim pesan. Dalam komunikasi, unsur bahasa yang menunjukan pribadi si pengirim. Contoh: Seruan “Aw!” menyatakan kesakitan.
c.    Fungsi Konatif adalah Fungsi bahasa  ini digunakan jika si pengirim ingin memengaruhi si penerima. Jadi fungsi bahasa ini berpusat pada penerima. Contoh: “Pergilah!” menyatakan perintah.
d.    Fungsi fatik adalah Fungsi bahasa ini berpusat pada saluran komunikasi. Unsur bahasa yang dalam teks digunakan untuk menjalin hubungan anatara pengirim dan penerima (baik secara fisik maupun psikologis), mempertahankannya dan memutuskannya. Contoh: dalam hubungan telepon, kata “hallo” menjalin hubungan.
e.    Fungsi Puitik adalah Fungsi yang menunjukan unsur pesan dalam komunikasi. Semua unsur bahasa  yang dalam teks memberikan suatu tambahan nilai keindahan pada pesan (misalnya permainan struktur, permainan bunyi, tekanan, ritme) dalam fungsi puitik. Contoh: Ini tas baru, ini baru tas.
f.    Fungsi metalinguitik yaitu Fungsi yang berpusat pada kode. Unsur bahasa yang diteks, digunakan untuk memberi penjelasan atau keterangan tentang kode yang dipakai oleh pengirim, termasuk ke dalam fungsi metalinguistik. Contoh: mungkin si pengirim perlu menjawab pertanyaan penerima atau ia merasa perlu menjelaskan apa yang telah dikatakannya, ambu ia akan mengatakan:”..maksud saya..”.


Posting Komentar