Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link
Postingan

Mencintai Dalam Diam

       
  
Mencintai Dalam Diam
  
  Kurasakan indahnya sang mentari membangunkan dari lelapnya tidurku.

  Azzahra mengatakan seperti itu di pagi yang cerah ini. Sampai tempatnya menuntut ilmu, yang pertama kali ia temui adalah sahabatnya yang tercinta bernama Giyanti. Bel berbunyi siswa/i di sekolah itu yang sedang berbincang dan berlarian dikelas mereka masing-masing sama halnya dengan Azzahra dan sahabatnya. Mereka pun masuk kedalam kelas dan duduk bersebelahan mereka berdua mengikuti pelajaran . Kedua sahabat ini selalu bertukar pikiran dan unjuk gigi. Azzahra itu orangnya ramah, pintar agama tapi ia hanya menyukai seorang laki-laki yang sangat pandai agama juga.

Setelah pembelajaran selesai, bel istirahat pun berbunyi siswa/i SMA ISLAM TERPADU pun berhamburan menghampiri kantin yang ada disebelah Masjid AnNur.
Saat bel istirahat kedua sahabat tadi lebih senang menghabisi waktu istirahatnya di Perpustakaan, karena Azzahra lebih suka membaca. Pada saat itu ada seorang teman yang memberika minuman ia bernama Ari. Lalu Ari berkata “Maaf jika aku menggangumu, aku ingin memberikan minuman ini. Tolong diterima ya” lalu Zahra menjawab “Oh, tidak usah terima kasih saya tidak merasa haus bukannya saya menolaktapi benar saya tidak haus. Maaf, itu untukmu saja” Sahabatnya yang melihat dari kejauhan kemudiah mendekat dan bercakap”Kau sedang berbicara dengan siapa tadi, dan apa yang dia berikan padamu tadi?” Zahra menjawab “ Oh tidak, hanya saja laki-laki tadi memberikan aku minum tapi ku menolaknya ka..” Giyanti memotong “Kenapa kau tak menerimanya saja, jika kau tak mau mengapa tak kau berikan padaku saja ? hhe” Zahra menjawab “Sahabatku tersayangg. Kau ingat Ibuku pernah berpesan apa? Ibu pernah berpesan jangan terima apapun dari orang yang tidak kau kenal sebelumnya” Sahabatnya pun menjawab “Iya maaf” Tiba bel masukpun berbunyi, mereka kembali kekelas untuk kembali mengikuti pelajaran. Jam pelajaran pun berlalu , bel istirahat berbunyi. Azzahra mengajak teman dan sahabatnya untuk segera sholat dzuhur . Disaat ia sudah mengambil air wudhu, berkumandang suara adzan yang sangat merdu. Ia ingin menanyakan pada temannya siapa yang barusaja adzan. Tapi ia malu menanyakannya. “Apakah ia adalah orang yang kusukai?” (gumamnya).

Setelah mereka selesai dari tempat beradu tatap pada sang Illahi Rabbi. Giyanti bertanya “Kau kemana tadi saat aku wudhu?” Zahra menjawab “hmm a..a...aku, oh perutku sudah bunyi nih aku lapar mari kita kekantin untuk mencari makan siang” Azzahra mengelak namun Giyanti menyetujuinya.

Azzahra baru pertama kali mencintai seorang laki-laki yang memang tidak bertolak dengan hatinya. Tapi Ia enggan menceritakan kepada sahabatnya. Lalu bel pulangpun berbunyi. Sahabat dan Zahra pun pamit pulang sesampainya mereka dirumah masing-masing.

Sebelum matahari memancarkan sinarnya disepertiga malam ia memohon kepada sang Illahi.
Ya Illahi Rabbi
Tidak ada kemewahan hanya sebuah adzan yang merdu
Ku ingin tahu tentang hambamu itu. Engkau lah Yang Maha Mengetahui
Ya Allah siapa nama hamba-Mu itu? Aku ingin mengetahuinya
Ia yang pertama kali membuatku gelisah
Tapi Aku takut bila Engkau cemburu
Tapi jika Kau mengijinkannya, jika tidak
Mungkin lain waktu
Bila saatnya tiba
Semua akan tau
Tunggulah sesaat
Karena kesabaran berbuah keindahan

Waktu pun berlalu mengintai saat subuh. Setelah itu ia bersiap-siap kesekolah tak lama kemudian sahabatnya datang bersama sopirnya. Merekapun pergi, tak lama kemudian sampai disekolah. Pelajaran seperti biasanya berjalan. Bel istirahat pun berbunyi, seperti biasa Mereka mengunjungi perpustakaan yang memang tak jauh dari kelasnya. Ia membaca buku tentang Pena dan Sastra, setelah itu ia mencari buku la Iain tak sengaja ia menemukan buku tentang “Tuhan izinkan dia untukku” Tak berapa lama kemudian,dari kejauhan ia melihat seorang laki-laki sepertinya sedang mencari sesuatu. Ia memberanikan diri bertanya pada seorang laki-laki itu. “Permisi, apa yang sedang kamu cari disana?” Ia menanyakannya dengan gugup.  Laki-laki itu menjawab “Saya sedang mencari buku yang bertajuk Tuhan ijinkan dia untukku” Zahra pun langsung menjawab dan menyodori buku yang laki-laki itu maksud “Oh iya, aku yang memegangnya ini aku kembalikan” Laki-laki itu pun berterima kasih sebelum laki-laki itu meninggalkannya Zahrapun bertanya kembali “Apakah kau yang selalu adzan di masjid dekat sekolah?” Laki-laki itu menjawab “Iya  benar, jika boleh berkenalan namaku Wahansyah kelas IPA 1 lalu namamu siapa?”Jawab zahra “Namaku Azzahra, senang berkenalan denganmu” Bel masukpun berdering, merekapun mengakhiri percakapan. Tak tahu mengapa Azzahra merasa pusing lalu terjatuh dan langsung terpejam. Lalu Wahansyah memanggil teman-teman dan sahabatnya. Merekapun membawanya keperpustakaan. Suasana di ruang perpus mencengkam, azzahra yang berbaring diatas kasur tak kunjung bangun. Kawan azzahra, guru dan lainnya satu bersatu meninggalkan Zahra. Tapi Wahansyah dan sahabatnya menunggu ia bangun. Setelah terbangun dari pingsannya, Zahra langsung memanggil laki-laki itu  dan berterima kasih namun Wahansyah pun mengelak “tidak aku tidak memberimu apa apakan?” Zahra menjawab “Iya kau memberikan per..” Sahabatnya memotong “Alhamdulillah kau sudah pulih” Wahansyahpun meminta izin tuk kembali kekelas, Zahra dan sahabatnyapun ingin kekelas. Pelajaran demi pelajaran berlalu. Mereka Pulang lebih cepat karena hari ini ada rapat dadakan. Rembulan pun menutupi sang Mentari, adzan isyapun berkumandang Ibu dan Zahrapun sholat berjamaah tak ditemani oleh Ayah karena lembur kerja. Setelah selesai Zahra menggoreskan tinta hitamnya diatas kanvas putih Dengan senyum dan perasaan yang lain dari biasanya Ia berebah dikasur selalu terus memikirkannya “ah zina” katanya. Ia segera menghilangkan seseorang itu dari fikirannya segera mengambil posisi tidur.
Disekolah hari itu, jika kau bertemu dengannya mungkin akan melihat nampak murung. Hari ini Zahra tak bersemangat Ia hanya berdiam di kelas dengan buku dan penanya. Teman-temannya meninggalkannya. Ia mengingat sesuatu, lalu  bergegas menemui sahabatnya “Giyanti aku titip salam Untuk Wahansyah Aku tidak bisa menemuinya”
“Iya akan ku salamkan”
Ia merasa tak enak mendadak pinta Wahansyah. Waktu menunjukkan 09.00 kelas rasa sunyi sepi. Ia ingin pergi ketoilet segera ia keluar dari kelas. Tiba-tiba ia seperti melihat Wahansyah, Ia tundukan pandangannya tapi Wahansyah tahu jalannya dan cara berpakaian. Tanpa berfikir lama Ia menuju tolet tapi Wahansyah mengikuti trus Ia merasa tidak enak. Apa ada yang ingin di sampaikan? Lalu dia mendahulukan percakapan “hi, mengapa kau tak menemuiku aku menunggumu.” Tetap berjalan sambil menunduk lalu menjawab “Sudah kutitipi salamku kepada Giyanti”
“Ya aku juga tahu, tapi tidak sopan berbicara dengan orang lain tapi seperti berbicara dengan lantai, hanya menunduk saja”
“Wajahkuadalahaurat”
“Tunggu aku akan meramalmu. Be...”
“Kau anak ustadz atau anak peramal?” Sambar Azzahra
“Tak baik memotong pembicaraan orang lain, besok kita akan bertemu”

Setelah ketoilet mereka kembali kekelas masing-masing. Jam pelajaran dilanjut saat pengayaan karena mendekati UN. Sahabatnya tidak bisa pulang bersamanya, ya memang ia sibuk akhiran ini karena ingin UN. Padahal Azzahra ingin bercerita tentang ketua agama itu. Mengingat tentang itu Zahra berfikir ramalannya akan gagal, besok bertemu? Bagaimana jika tak disekolah? Dari awal memang Ia sudah tahu Dia memang tukang ramal amatir! Haha dasar anak nakal, dia itu modus hanya ingin mendekati diriku dia harus segera tahu Zahra orangnya selektif.
Hari minggupun datang, bel rumah berbunyi Zahra meminta bibinya untuk membuka pintu katanya ingin menemui Zahra segera Ia ganti baju “Ya Allah Aku benar-benar kaget ternyata tamunya adalah sang peramal. Hhe Wansyah maksudku” Dia senyum, Zahrapun ikut senyum. Mendadak Zahra sedang menjalin kontak batin antara Zahra dengan Wansyah membahas ramalan yang benar-benar terjadi
“Hai, ada undangan “ Dia langsung bilang seperti itu seraya menyodorkan sebuah amplop yang ada di tangannya. “Ya” Jawab Zahra singkat
“Aduh Ya Allah mengapa dia tahu, dan mengapa tadi aku gugup didepannya?” gumamnya
Wahansyah sambil memandanginya dan bergumam juga “nih anak menyebalkanku diajak berbicara tak ada sautan” lalu Wansyah pamit pergi. “Ya hati hati” jawab Zahra gugup

Zahra langsung masuk kamar dan membaca undangannya “Bismillah dengan nama Allah yang Maha Pengasih Dan Maha Penyanyang dengan ini, dengan penuh perasaan mengundang Zahra untuk sekolah pada senin, selasa, rabu,kamis, jumat sabtu” Semua nama hari di jadwal itu lengkap disertai dengan tanggal Zahra senyum setelah Ia baca, Ia tak mengerti mengapa langsung merasa tak ingin pergi dari atas kasur benar benar seperti orang yang sedang di tawan oleh perasaan ingin tahu tentangnya.

Pada akhirnya Ia memberanikan diri untuk menyatakan perasaan melalui lisan sebagai salah satu pembuktian komitmen .

Karya :Aini Nur Arifah



Posting Komentar