Sepunguk Rindu
Bayangnya tak pernah terhapus dari pelupuk mata
Senyumnya muncul di mana - mana
Baunya seakan mendekap dalam nestapa
Bukan pedang tetapi belati
Menancap, dalam mengintimidasi
Aku melihat dan memperoleh sepi
Dalam menawan lagi rupawan
Bak bidadara yang mengalihkan sinar rembulan
Bak dewa - dewa penuh kelembutan
Aku hanya sepunguk yang merindukan rembulan
Tak rupawan apalagi hartawan
Aku hanyalah fakir cinta yang kehausan
Kasih, cinta dan ketulusan
Dirimu bagai sebuah keharusan
Sedangkan aku adalah sepunguk yang di landa kegilaan
Gila akan sebuah kerinduan
Rindu kau yang rupawan
Rindu kau yang menawan
Aku Rindu Kasih
Dinginnya hujan
Menemaniku dalam kesendirian
Rintikan hujan
Bercampur dengan kerinduan
Mendungnya malam
Membangkitkan fantasiku
Kasih ...dimanakah engkau ?
Merasakah engkau ?
Rinduku bagaikan hujan
Semakin kencang semakin deras
Kan ku uraikan rasa rinduku
Diatas air hujan yang mengalir
Agar Tuhan pun tahu
Dan menyampaikan padamu
Tahukah engkau, kasihku ...
Cintaku padamu ...
Laksana lautan yang biru
Seindah pelangi yang luas
Seabadi kisah sinta dan rama
Dinginnya hujan
Menemaniku dalam kesendirian
Rintikan hujan
Bercampur dengan kerinduan
Mendungnya malam
Membangkitkan fantasiku
Kasih ...dimanakah engkau ?
Merasakah engkau ?
Rinduku bagaikan hujan
Semakin kencang semakin deras
Kan ku uraikan rasa rinduku
Diatas air hujan yang mengalir
Agar Tuhan pun tahu
Dan menyampaikan padamu
Tahukah engkau, kasihku ...
Cintaku padamu ...
Laksana lautan yang biru
Seindah pelangi yang luas
Seabadi kisah sinta dan rama
Khilaf
Bermula dari hasrat berkenalan
Sifat karib menghampiri sapa malu
Tak paham tentang jati diri sebenarnya
Rasa gelisah resah yang telah tiba
Gentaran tatkala akan mendekati
Tangan menghadang antipasti
Tipis rambutnya lurus hitam
Sipit matanya dalam menerjang
kuning kulitnya kilat pesona
Tinggi semampai postur perkasa
Lelaki penduduk kota hujan
Semenjak berjauhan memusatkan pandangan
Menjadikan tindak harus berada sikap sempurna
Tatapan berbeda mengisyaratkan sebuah makna
Imajinasi terbang ke udara salami lembah gua
Pikiran kacau bersinar tak karuan
Gelombang rasa luar biasa
Akibat senyum manis melalui bibirnya
Sukma tak bisa ku setir terkagum pancaran aura
Anugerah cinta mengalir begitu saja
Menebarkan benih pada nafsu
Kini perasaan nyata terpaut hatinya
Rinai gerimis basahi jemari
Mengendap curi secercah perhatian
Berlari mengejar seribu cara
Terjebak lingkaran membius dorongan jiwa
Pertikaian batin menghasilkan jalan cinta
Dirimu Untukku
Kau adalah belahan jiwaku
Kau adalah pendamping hidupku
Kau adalah arjuna tuk diriku
Kau adalah harta termahalku
Ku tak ingin kau terluka
Ku tak ingin kau menderita
Ku tak ingin ada kesedihan dimatamu
ku hanya ingin terus di sisimu
Bayangmu tak pernah lepas dari padanganku
Cahayamu menyinari hidupku
Kau merangkai kata-kata indah
Yang membuatku luluh
Jika ini detik terakhirku
Ku ingin ada dalam dekapmu
Dengan lembut ku katakan
Jangan bersedih sayang
ku kan terus bersamamu
Menemani hidup dalam duka
Dan kasih yang akan mengubahnya
Menjadi senyum bahagia
Karena Ku mau
Tuhan, kumohonkan pada-Mu
Ajak angin bersuara
Samapaikan peluk ini untuknya
Dia yang kucinta
Tarik angin berdendang bersamanya
Memelodikan rasa rindu
Kepadanya yang ku mau
Andai dapat jiwa meraih asa
Secepat kilat ku terhempas
Hingga satu saja yang terkena rasa
Hanya Tuhan semata
Aku bisa beralih
Namun saat aku hilang dalam tawa
Sekejap bayangmu sirna
Hingga amnesia ku sapa
Entah hanya rasaku saja
Atau ini tak nyata
Mungkin itu hanya lamunan
Tuhan
Cintaku padanya begitu dalam
Menyongsong masa depan di dada
Saat semua orang tak tahu
Berjalan pun tertatih
Hanya aku yang tahu
Tak seorang pun
Taburan cintalah bersama pasukan merahmu
Hingga tumbuh menyatu
Meski terasa pahit saat tak bersamamu
Bersama kicau suara yang meraung
Dari pengilang yang agung
Mencabut melodi drama merdu kicau
Kicau camar dalam dasar kalbu
Karena kau benar-benar mematikan semangatku
Saat kau tak disisiku
Bermula dari hasrat berkenalan
Sifat karib menghampiri sapa malu
Tak paham tentang jati diri sebenarnya
Rasa gelisah resah yang telah tiba
Gentaran tatkala akan mendekati
Tangan menghadang antipasti
Tipis rambutnya lurus hitam
Sipit matanya dalam menerjang
kuning kulitnya kilat pesona
Tinggi semampai postur perkasa
Lelaki penduduk kota hujan
Semenjak berjauhan memusatkan pandangan
Menjadikan tindak harus berada sikap sempurna
Tatapan berbeda mengisyaratkan sebuah makna
Imajinasi terbang ke udara salami lembah gua
Pikiran kacau bersinar tak karuan
Gelombang rasa luar biasa
Akibat senyum manis melalui bibirnya
Sukma tak bisa ku setir terkagum pancaran aura
Anugerah cinta mengalir begitu saja
Menebarkan benih pada nafsu
Kini perasaan nyata terpaut hatinya
Rinai gerimis basahi jemari
Mengendap curi secercah perhatian
Berlari mengejar seribu cara
Terjebak lingkaran membius dorongan jiwa
Pertikaian batin menghasilkan jalan cinta
Dirimu Untukku
Kau adalah belahan jiwaku
Kau adalah pendamping hidupku
Kau adalah arjuna tuk diriku
Kau adalah harta termahalku
Ku tak ingin kau terluka
Ku tak ingin kau menderita
Ku tak ingin ada kesedihan dimatamu
ku hanya ingin terus di sisimu
Bayangmu tak pernah lepas dari padanganku
Cahayamu menyinari hidupku
Kau merangkai kata-kata indah
Yang membuatku luluh
Jika ini detik terakhirku
Ku ingin ada dalam dekapmu
Dengan lembut ku katakan
Jangan bersedih sayang
ku kan terus bersamamu
Menemani hidup dalam duka
Dan kasih yang akan mengubahnya
Menjadi senyum bahagia
Karena Ku mau
Tuhan, kumohonkan pada-Mu
Ajak angin bersuara
Samapaikan peluk ini untuknya
Dia yang kucinta
Tarik angin berdendang bersamanya
Memelodikan rasa rindu
Kepadanya yang ku mau
Andai dapat jiwa meraih asa
Secepat kilat ku terhempas
Hingga satu saja yang terkena rasa
Hanya Tuhan semata
Aku bisa beralih
Namun saat aku hilang dalam tawa
Sekejap bayangmu sirna
Hingga amnesia ku sapa
Entah hanya rasaku saja
Atau ini tak nyata
Mungkin itu hanya lamunan
Tuhan
Cintaku padanya begitu dalam
Menyongsong masa depan di dada
Saat semua orang tak tahu
Berjalan pun tertatih
Hanya aku yang tahu
Tak seorang pun
Taburan cintalah bersama pasukan merahmu
Hingga tumbuh menyatu
Meski terasa pahit saat tak bersamamu
Bersama kicau suara yang meraung
Dari pengilang yang agung
Mencabut melodi drama merdu kicau
Kicau camar dalam dasar kalbu
Karena kau benar-benar mematikan semangatku
Saat kau tak disisiku