Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link
Kami bantu mempermudah pinjaman Anda, mau pinjam dimana?
Aku Laku Kredit Pintar Indodana Uang Cepat Kredivo APPLE Dana Pintar Pinjamanqu

Kumpulan Contoh Cerpen Singkat


Semangat 45
Karya : Ghanesha Buddy MA Nurul Hikmah Haurgeulis
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Sungguh indah, merdu, mulya lagu yang dilantun-kan oleh tim obade dari kecamatan Baleendah, hari ini tanggal 17 Agustus 2018 mengadakan lomba se-pak bola.

Hai namaku Clarisa, Aku sekolah di SMAN 1 Baleendah kelas XI IPS, hari ini sekolah kami khususnya tim sepakbola untuk mengikuti lomba yang diadakan di Kecamatan Baleendah, tim kami akan bertanding dengan SMAN 2 Baleendah.

Matahari mulai terik, pemain sepakbola tidak pernah patah semangat mereka terus melanjutkan pertandingan begitupun dengan penontonnya yang bersorak-sorai. Namun, berbeda sekali dengan temanku. "Hmmm....hmm skor kita udah ketingga-lan jauh liat 2:0" Kata Erina. " Ya ah kita pasti kalah, aku yakin pasti kalah waktunya tak akan sempat untuk menyusul" Keluh ku. "Siap-siap nih tutup mukamu" gurau Erina. 

Menang atau kalah sudah menjadi hal yang biasa. Kebanggaan itu harus dilihat dari kita ikut ber-partisipasi. Selalu bersyukur dengan rezeki yang diberikan oleh sang pencipta. Waktu terus berjalan, skor terlihat begitu jauh. Rasanya gak mungkin untuk mengejarnya.

Karena sudah mendekati kekalahan kami memutus-kan untuk mengobrol " Clarisa, 73 tahun yang lalu Indonesia bisa menang meskipun hanya mengan-dalkan tombak, padahal dulu Belanda mengguna-kan senjata yang lebih canggih, jangan pernah menyerah". Nasehatnya. "Sudahlah tak perlu berde-bat, kalian niat menonton pertandingannya gak sih" celetuk Fani. "Ya mau nonton lah, liat kamu malah dengerin musik". Seraya ku mengambil headset di telinganya. "Lagu apa sih yang kamu denger? Aku juga mau denger".

Erina pun ikut terbawa suasana untuk dengarkan lagunya yang terlihat ngebit. Aku pun penasaran dengan musik yang mereka dengar. "Lagu apa Rin?" Tanyaku "Lagu K-Pop kalau gak salah Boyband Bang Bangtan" sedikit terbata-bata "Bangtan Seoyandan" saut Fani "Hehehehe itu maksudnya". Kami pun ter-tawa karena kekonyolannya yang sok tau. "Sejak kapan kamu suka K-Pop Fan?" Tanyaku "Sejak aku lahir" balasnya.

Ketika kita asyik mengobrol membicarakan soal KPop Erina menegur kami. "Hei tadi kamu bilang ku ngegosip, liat tuh kalian malah asyik ngerumpi soal K-POP, gak sadar tim kita bisa mengejar sampai 3 skor".

Ternyata tim dari sekolah ku menang berhasil mere-but juara dengan skor tipis. "Segala sesuatu itu tidak ada yang tidak mungkin lihat saja tim kita juara" Ucapku untuk meryamera keberhasilan tim kami. Kami pun berpelukan satu sama lain.


Ketika Sahabat Menjadi Cinta
Karya :Putri Anggiliani MA Nurul Hikmah Haurgeulis

Pagi hari yang cerah, langit yang terlihat biru dan awan putih yang saling beriringan di atas lingkung-an sekolah. Tak lama kemudian bel sekolah pun berbunyi "Kring...kring.kring" Siswa-siswi memasu-ki kelasnya masing-masing. Di jelaslah awal perte-muan aku dengan Amel. Saat itu aku dan Amel teman sekelas. Tak terasa waktu berjalan begitu de-kat. Keseringan menghabiskan waktu bersama. Awal mula dekat dengannya ketika bercerita ten-tang masalah kepadaku.

Sehingga kita sangat dekat. Seringkali bertukar cerita sehingga kami memutuskan untuk menjadi sahabat. "Mel, kita sudah lama berteman, mungkin ebih baik kita menjadi sahabat?" Tanyaku. "Hmm mungkin itu lebih baik, baiklah" balasnya.

Setiap waktu kami habiskan bersama, mulai dari mengerjakan tugas, pulang dan pergi ke sekolah pun bersama. Muncullah perasaan nyaman saat bersamanya. Aku mulai mencintai Amel secara diam. Entah bagaimana caranya untuk mengung-kapkan "aku malu dan takut untuk mengungkap-kannya" gumamku. Secara kita adalah sahabat aku takut dia malah menjauhi ku. Perasaan ini ku pen-dam sampai ku berani untuk mengungkapkan.

Aku lebih mementingkan sahabat, hingga saat per-pisahan di sekolah aku tak berani mengungkapkan-nya. Hari kelulusan sudah berlalu itupun membuat komunikasi dengannya sudah jarang. "Apakah Amel mudik ke Jakarta ya?" Bertanya-tanya dalam benak-ku. Tiga bulan kemudian Amel balik lagi kesini un-tuk melanjutkan kuliahnya.

Memang jodoh itu gak kemana saat ku mau mela-kukan pendaftaran di salah satu universitas ter-nama di Bandung berpapasan dengannya. Aku sungguh tak percaya bisa satu universitas lagi de-ngannya. "A.....Mel kan?" Sedikit gagap untuk memastikan "Eh kamu Rion, ya ampun udah lama gak ketemu"sapanya. Aku kira dia akan lupa ten-tang diriku. Setelah menyelesaikan pendaftaran aku mengajaknya untuk makan siang. Cafe yang tak terlalu jauh, aku pergi memesan makanan dan Amel mencari tempat yang nyaman.

Selesai menunggu makanan ku mendekati Amel serta memberikan makanan yang telah di pesan. Sudah lama ku menunggu moment ini. Di sela-sela topik pembicaraan ku memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan yang sudah lama ku pendam. "Mel, aku ingin bicara sesuatu padamu" ucapku. "Mau bicara tentang apa?" Tanyanya, kami terlihat begitu tegang. "Sebenarnya aku sudah lama ingin membicarakan soal ini kepadamu". Terangku lagi "Iyah mau bicara soal apa?" Tanyanya penuh penasaran. "Sebenernya aku suka kamu dari dulu, saat kita menjadi sahabat rasa ini muncul ketika kita menghabiskan waktu bersama" kataku
"Aku pun sama Rio, aku sangat nyaman ketika bersamamu" jawabnya
"Jadi, mau gak menjadi kekasihku?"
"Maaf aku tak bisa......tapi aku tak bisa menolak-nya".

Aku terkejut mendengar jawabannya. Usaha ku se-lama ini tak sia-sia mengungkapkan perasaan. Sedi-kit ada penyesalan, kenapa tak dari dulu aku me-ngungkapkannya. Tapi semuanya terbayar karena kebahagiaan ku. Akhirnya Amel mau menjadi keka-sihku. Lulus kuliah kami memutuskan untuk menikah.


Kaulah Tetap Sahabatku
Karya: Azkiyah L. S. MA Nurul Hikmah Haurgeulis

Pagi ini hari pertama ku masuk sekolah disalahsatu sekolah terelit di kota. Dengan lantunan tangan dan gerakan kaki kunaiki tangga untuk menuju ruangan kelasku, kebetulan kelasku berada di lantai 3. Ketika mencari kelasnya, aku bertemu dengan 2 cewek yang sama sedang mencari kelasnya. Sehingga kita memutuskan untuk mencari bersama. Tak aku sangka mereka sekelas juga denganku, saling berke-nalan satu SMA lain.
"Hai namaku April, kalo kamu?"
"Aku Gita"
"Aku Aisyah"

Pertemuan pertama ini membuat ku senang, mem-punyai teman baru. Setelah akrab kami menghabis-kan waktu bersama. Kerap kali kami di katakan seperti anak kembar. Ketika ada masalah kita saling sharing dan terbuka satu sama lain. Pertemanan ini berubah menjadi sahabat. Berjanji untuk tak saling melupakan maupun mengkhianati.

Enam bulan telah berlalu, ternyata salah satu dian-tara kami mengkhianati perjanjian yang dulu per-nah di ucapkan. Aisyah berubah setelah as anak ba-ru dikelas. Sikapnya berubah kepadaku dan Gita. "Apa ya yang di sembunyikan dari kita?" tanyaku pada april
"Aku juga gak tau, mungkin dia sedang punya masalah, jadi gak mau cerita kepada kita" ujar April. "Tapi kan, biasanya kalau kita ada masalah selalu cerita, semenjak ada anak baru itu sikapnya beru-bah atau mau menjadi pengkhianat?" Celetukku.
"Aku juga tak ingin persahabatan kita hancur" sam-bil menangis April mengungkapkan perasaannya.

Tiga Minggu kemudian aku mendengar kabar jika Aisyah sudah bersahabat dengan anak baru sejak lama. Hati ku sedih begitu dengan April. Tak mau berlarut dengan kesedihan ini, aku dan April berniat untuk membicarakan ini dengan Aisyah un-tuk menyelesaikan masalah dengan kepala dingin agar tak tumbuh rasa curiga.
"Aisyah ke kantin yuk!" Ajakku "Ayo, boleh aku juga udah lapar" jawabnya.

Sampai di kantin ku dan Aisyah menghampiri April yang sudah nongkrong di kantin duluan. Kami sempat terdiam dengan suasana yang kikuk. Akhir-nya aku mulai pembicaraan ini.
"Aisyah, aku mau menanyakan sesuatu"
" Iya boleh" wajahnya sedikit pucat melihat kami sedikit memberikan tatapan tajam kepadanya.
"BERUBAH! Itu kata yang tepat untukmu sekarang" saut April yang tak bisa membendung rasa kecewanya. Lantas ku melihat ada cewek yang tertawa puas yang berjalan menuju kelaa. Dia menatap ke arah Aisyah . Emosi April tak bisa terbendung lagi "persahabatan ini hancur, kamu lebih mementingkan ego kamu untuk memilih sahabat barumu, padahal kamu itu sahabatku untuk pertama kalinya. Tapi kenapa kau khianati semua ini? Aku tau tak semanarik sahabat baru mu itu, kenapa kamu melupakan kita begitu cepat Aisyah?".

Aku pun tak bisa tinggal diam,April sudah tak bisa mengontrol emosinya. Aku pun berusaha untuk melerai keduanya."sudah, intinya sekarang kita mau seperti dulu"
"Aku minta maaf, seharusnya tak bersikap kenakan-kanakan, aku pun menyadari kesalahan yang sudah melanggar perjanjian yang dulu. Sekali lagi aku minta maaf, maukah kalian memaafkan ku?" Ucap Aisyah yang penuh penyesalan. "Ok! Kita memaaf-kanmu, berjanjilah tak mengulanginya".

Peristiwa ini membuat kami kembali seperti dulu sebagai sahabat sejati. Air mata bahagia tak bisa terbendung lagi, saling berpelukan saling erat tak mempedulikan orang lain yang melihat.

Posting Komentar