Karya : Dewi Fatimah
Novel Origami Love Episode 2
Di Bikin BAPER
Sudah seperti bayanganku Apartemen yang dia tempati sangat luas. Ku berjalan mengitari apartemen, liat saja ruang tamu yang bersih, tempat tidur yang nyaman, kamar mandi yang wangi dan dapur sangat terjaga kebersihannya. Oh dahsyatnya. Berbanding terbalik dengan kosn yang ku tempati "Mimpi apa aku semalam ya?" Gumamku. "Gimana kamu suka?" Tanya Iki memulai obrolan. "Pake banget Ki". Terlalu bergembira respect ku memeluk Iki, tapi kok seperti ada yang aneh ku langsung melepaskan pelukannya. "Kenapa Ki? Bau ya aku?" Sambil nyengir sedikit murung. "Iya bau keringat". "Jujur banget sih jadi orang" kesalku.
Mungkin karena kasihan Iki mengajak pergi ke mini market belanja semua kebutuhan yang belum terpenuhi. "Serius ini kamu mau traktir ku lagi?" Tanyaku " Mumpung ku lagi baik nih, lain kali gak bakal gini". Ok lah karena sangat membutuhkan wangi-wangian langsung ku sabet aja tuh tawaran. Di sepanjang perjalanan ke mini market ku sangat lelah sedikit sayup-sayup. Aku terbangun ketika mobil berhenti melaju, di sini malu banget sumpah. Ada sedikit air liur yang mengalir di bawah bibir. "Sepertinya Iki mentertawakan ku". Batinku.
Iki menatap ku dengan sedikit senyuman kecil di bibirnya " udah kenyang tuan putri" bercandanya padaku "sumpah ku capek banget, sorry ku ngiler" sambil ngelap air liur yang di pipiku. "Udah gak aneh, dari dulu juga gitu". " Kamu tuh ya emang nyebelin banget". Aku malu dengan candaan yang dilontarkan Iki."Jadi gak nih belanjanya" tanya dia lagi. "Ya jadilah" sambil pasang muka kesal " bercanda tadi wi, udah jangan cemberut nanti cantiknya ilang". Rayunya.
Ini adalah kali pertama ku masuk ke mini market yang besar, baru beberapa bulan gak check out main rasanya kayak setahun. Betapa senangnya bisa membeli barang yang dibutuhkan. Barang yang di etalase kiri kanan sangat menggoda, satu persatu barang yang ku mau ambil begitu saja. Gak kerasa wadahnya udah penuh dengan semua barang belanjaan. "ehm....ehm..ehm" suara dehem Iki. Ku cuma bisa nyengir kayak kambing "kebanyak an ya belanjanya? Ku balikin lagi deh yang gak perlu" ngeles ku " bukan begitu, kamu gak liat ini aku udah kayak etalase juga". "UPS... Sorry gak tau bener dah". Bener juga sih sindiran Iki, wadah udah penuh malah ku asik belanja sedangkan Iki yang bawa barang belanjaan yang sampe ke wajahnya juga.
Pokoknya ku bahagia banget bisa beli semuanya soalnya kan gak pernah beli barang begitu banyak. Gak terasa hari semakin larut, malam yang indah banyak bintang yang bersinar. Udara dingin masuk ke lapisan kulitku menambah suasana yang sangat romantis. Tapi sayang, Iki bukan cowok ku jadi biasa saja rasanya. Kali ini di sepanjang perjalanan ku tak tertidur melihat sekeliling. "Kok berhenti Ki?" Tanyaku "Bentar kamu tunggu disini ya, terus makanan ini udah gak kamu makan kan?" Iki pun langsung mengambil dan membawa beberapa buah yang dibeli tadi.
Murah hati banget, terkejut ku melihatnya berjalan menuju kakek yang lusuh pakaiannya sambil membawa Pulungan sampah. Makanan yang di ambilnya langsung diberikan ke kakek itu. Ketika Iki balik ku hanya bisa bengong dan mengerutkan dahi. "Siapa Ki, kamu kenal dengannya?". "Sudah lupakan saja, karena sebagian rezeki kita ada buat mereka yang membutuhkan, makanya kamu jangan boros sampe lupa daratan sama lautan".
Ucapannya membuatku tak berdaya, sungguh berbeda dengan ku dulu. Teringat ketika ada orang gila entah itu pengemis yang mendekati, cuma ku usir pergi. "Sudah lupakan saja itu masa lalu". "Woi ngapain bengong, tuh ada lalat yang mau masuk ke mulut". "Apaan sih, konyol banget". "Turun, ini udah sampe, betah banget jalan sama ku,". Ilfil banget mendengarkan ucapannya.
Yah, kali ini dia menang banyak sikap dan kedewasaannya membuat ku salut. Kami berjalan menuju ke apartemen, repot juga bawa barang belanjaan yang banyak gini. "Makanan dan minuman pokoknya langsung masukin ke kulkas" perintahnya "iya bawel, terus malam ini kamu tidur dimana?". Sungguh menyebalkan dia tak menjawab pertanyaan ku, main pergi meninggalkan ku untuk menonton film horor. Rasa kantuk membuatku tak konsentrasi, semua yang ada di kresek langsung kumasukkan. Pergi ke tempat tidur untuk beristirahat. Sementara itu, Ki juga tertidur di sofa.
"Bangun...Dewi..bangun ku mau pulang". Terdengar suara yang sayup-sayup membangunkan ku. Terkejut ku ketika Iki menyipratkan sedikit air di wajah.
"Ya ampun Ki, tega banget sama ku gak gini juga kali".
"Udah pagi Dewi, jadi cewek tuh harus rajin"
"Iya iya bawel amat sih"
"Buru mandi sana, ku tunggu di ruang makan kita sarapan dulu sebelum pergi"
"Ok siap.
Bau harum makanan sepertinya Iki masak, gak sabar mencoba masakannya. Ku mendekatinya "Cie masak, kayaknya enak nih" ledekku. Sedang asyik bercanda, Hp Iki berdering sepertinya orang penting yang terus menghubunginya. Ternyata yang nelfon itu pacarnya, sedikit terkejut. Ketika selesai menelfon ku segera berpura-pura sedang mengerjakan sesuatu. "Siapa Ki?" Basa basiku "Bunga, cewek ku, dia minta temenin beli sesuatu". "Oh jadi sudah punya pacar". "Kenapa ? Kamu cemburu ya?". Lagi-lagi Iki menggodaku. "Ya enggaklah" jawab ketus. "Ku gak bisa nemenin kamu pergi lagi, ini ATM bisa kamu gunakan buat apa saja tapi dengan satu syarat gak boleh boros". "Buat apa ATM? Udah gak usah kan sudah tak ada lagi yang perlu di beli". Jelasku " baju kamu wi, ku gak tega anak konglomerat pakek baju gitu". Dia tuh perhatian banget ku melihat diriku sendiri dari atas sampe bawah. Pemandangan yang tak mengenakan, baju yang lusuh. "ok thanks ya, ku janji bakal bayar semua kebaikanmu secepatnya".
Rizki melangkah meninggalkan ku sendiri, rasanya seperti ada yang hilang ketika dia pergi. Aku berlari ke jendela melihatnya dari kejauhan. Sangat gagah beruntung banget cewek yang bakal nikah dengannya. Hari semakin siang, saatnya untuk shopping. Sesuai dengan suasana hatiku yang sedang bahagia, kali ini ku memakai dress mini dengan sedikit manik-manik bunga. Bersolek secantik mungkin dengan barang baru yang di beli semalam. Keluar apartemen ku berlenggak-lenggok dengan penuh percaya diri. Di sekeliling mulai memperhatikan penampilan ku yang sangat menakjubkan dengan inner beauty terpancar secara alami.
Aku memasan grabcar untuk pergi ke mall yang tak jauh dari sini. "Nona baru saya liat di sekitar sini" tanya supir "Oh, iya saya baru pindah pak". Jelasku. Sedikit obrolan biar tak sedikit boring. "Nona seorang model ya?" Tanyanya lagi "oh...tidak pak". Sudah kuduga sebelumnya dia terpukau dengan kecantikan ku. "Sudah sampai nona". Tegurnya "Terimakasih pak"
"Kembaliannya nona"
"tak usah, buat bapak aja".
Hah!... Tak sabar lagi untuk masuk ke mall dan berbelanja, tapi ku melihat Iki bersama seorang wanita yang sangat cantik, tinggi, kurus dan sedikit terlihat lesung pipi. Sontak membuatku penasaran terus mengintai untuk memata-matai nya. "Gak salah pilih Iki, ceweknya cantik banget". Aish nyaris saja Iki menoleh ke arahku. "Arghhhh!!!" Terkejut ku mendengar teriakan laki-laki di dekatku. Rupanya kopinya tumpah karena tersenggol ku, paniklah disini. "Sorry....sorry, ku gak sengaja" sedikit gagap ku untuk meminta maaf, soalnya laki-laki itu terlihat sangat marah.
Ku perhatikan dia memakai baju yang sangat mahal. Orang-orang di sekitar ku sudah mulai memperhatikan. Takut, wajah pucat karena iki mengetahui keberadaanku.
"Pokoknya kamu harus bersihkan baju ini" teriaknya lagi
"Ku kan udah minta maaf dan lagian gak sengaja" ku berusaha meninggalkan kerumunan ini, tapi cowok sialan ini terus menghalangiku. "Lepasin tanganku please, ku bakal tanggungjawab". Cowok sialan ini malah mendorong ku sampai terjatuh, semakin malu deh ku. Tak di sangka Rizki langsung membantu untuk bangkit dan membawa ku pergi dari kerumunan.
"Kamu ngapain sih nyari masalah sama dia, tapi kamu gak papa kan?"
"Ku gak papa kok, kamu kenal dengannya?"
"Ya ku kenal dengannya, teman satu sekolah". Tak sempat berbicara banyak terdengar suara wanita yang lembut memanggil Rizky "sayang... menurut kamu.." wanita itu sedikit terkejut melihat keberadaan ku "Kamu selingkuh ya sayang? Jahat banget sama ku". "Sayang, jangan salah paham dulu dong. Dia ini adikku" Rizki berusaha untuk meyakinkan pacarnya supaya tak terjadi kesalahpahaman. "Setahu ku kamu anak tunggal di keluarga". Duu....wajahnya mulai memerah mengungkapkan dia kecewa. ,"Ehmm.... maksudnya ka iki tuh, ku sudah di anggap sebagai adiknya sendiri, soalnya ku menjadi anak angkat ayahnya". "Bener nih sayang?" Menanyakan lagi kebenaran tentang diriku ke Rizki "Yah betul sayang".