Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Hubungan Hiponim, Hipernimi dan Kohiponim

                                
Hubungan Hiponimi, Hipernimi dan Kohiponim

      OK!!! Kali ini saya akan membahas tentang Hiponimi, Hiperenimi dan Kohiponim, ketiga kata ini terdengar cukup asing di telinga kita, biasanya kita belajar tentang antonim dan sinonim saja saat di sekolah. Baiklah dipertemuan kali ini saya akan menjelaskannya. Simak baik-baik pengertian relasi makna ya???...
Dalam suatu bahasa dapat dijelaskan bahwa makna kata saling berhubungan, hubungan sering disebut dengan relasi makna. Perlu diingat relasi makna dapat berwujud bermacam-macam. Dalam setiap bahasa, salah satunya bahasa indonesia, seringkali kita temui adanya hubungan makna dengan relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa yang lainnya lagi.
     
     Hubungan atau relasi ini mungkin berkaitan hal kesamaan makna (sinonim), kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi atau ambiguitas), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna ( honimi), kelebihan makna (redundansi).
      Nah, kalian sudah tau kan tentang relasi makna? Berikutnya saya akan menjelaskan tentang ketiga hubungan antara(Hiponimi, Hiperenimi dan Kohiponim)
      Kata hiponim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma berarti ‘nama’ dan hypo berarti ‘di bawah’. Jadi, secara harfiah berarti ‘nama yang termasuk di bawah nama lain’. Secara semantik Verhaar (1978:137) menyatakan bahwa hiponim ialah ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi kiranya dapat juga frase atau kalimat) yang maknanya dianggap bagian dari makna suatu ungkapan lain. misalnya kata lele adalah hiponim terhadap kata ikan sebab makna lele berada dalam makna kata ikan. Lele memang ikan tetapi ikan bukan hanya lele melainkan juga termasuk tongkol, bandeng, tenggiri, teri, mujair, cakalang, dan sebagainya. Kalau diskemakan menjadi seperti ini:   






     Jika relasi antara dua buah kata yang bersinonim, berantonim, dan herhomonim bersifat duah arah maka relasi antara dua buah kata yang berhiponim ini adalah searah. Maka, kata lele berhiponim terhadap kata ikan; tetapi kata ikan tidak berhiponim terhadap kata lele, sebab makna ikan meliputi seluruh jenis ikan. Dalam hal ini relasi antara ikan dengan lele (atau jenis ikan lainnya) disebut hipernimi. Jadi, kalau lele berhiponim terhadap ikan, maka ikan berhipenim terhadap lele. Perhatikan bagan berikut ini:





    Contoh lainnya adalah kata motor dan kendaraan. Kata motor berhiponim terhadap kata kendaraan, karena motor adalah salah satu jenis kendaraan. Sebaliknya kata kendaraan berhiponim terhadap kata motor sebab kata kendaraan meliputi makna motor di samping jenis kendaraan lain (seperti becak, sepeda, kereta api, dan bus dan yang lainnya).
Bagaimana sih, hubungan antara lele, bandeng, tenggiri, dan mujair yang sama-sama merupakan hiponim terhadap ikan? Biasanya hal tersebut, disebut dengan istilah kohiponim. Jadi, lele berkohiponim dengan tenggiri, dengan bandeng, dan dengan yang lainnya. Cukup jelaskan??
     Nah, dalam pengertian Verhaar yang dijelaskan di atas telah disebutkan bahwa hiponim kiranya terdapat pula dalam bentuk frase dan kalimat. Tetapi kiranya sukar mencari contohnya dalam bahasa Indonesia, sebab juga hal ini lebih banyak berkaitan dengan masalah logika dan bukan masalah linguistik. kemudian, oleh karena itu menurut Verhaar (1978:137) masalah ini dapat dilewati saja, tidak perlu permasalahkan lagi.
    Konsep hiponimi dan hipernimi terpaku pada adanya kelas bawahan dan kelas atasan, adanya makna sebuah kata yang berada di bawah makna kata lainnya. Oleh karena itu, ada kemungkinan kata yang merupakan hipernimi terhadap sejumlah kata lain, akan menjadi hiponim terhadap kata lain yang hierarkial berada di atasnya. misalnya kata ikan yang merupakan hipernimi terhadap kata lele, bandeng, cakalang, dan mujair akan menjadi hiponimi terhadap kata binatang. Mengapa bisa demikian? karena yang termasuk binatang bukan hanya ikan, tetapi juga kambing, monyet, gajah, dan sebagainya. Kemudian binatang ini juga merupakan hiponimi terhadap kata makhluk, karena yang termasuk makhluk bukan hanya binatang tetapi juga manusia. Jika disamakan seluruhnya akan menjadi seperti bagan berikut ini:











    Menurut saya, kata hiponimi dan hipernimi mudah diterapkan pada kata benda tetapi sedikit sukar pada kata kerja dan kata sifat. Cukup jelaskan setelah mengetahui penjelannya?
    Bukan hanya itu saja lho, disamping istilah hiponimi tetapi ada juga istilah yang disebut meronimi. Baru mendengar istilah ini lagi kan?? Baiklah saya akan jelaskan kedua istilah tersebut
     Kedua istilah ini mengandung konsep yang hampir sama. Yang membedakannya adalah, jika  hiponimi menyatakan adanya kata (unsur leksikal) yang maknanya berada di bawah makna kata lain, sedangkan meronimi menyatakan adanya kata (unsur leksikal) yang merupakan bagain dari kata lain. Oleh karena itu, jika dalam hiponimi dikatakan “ tongkol adalah sejenis ikan”, maka dalam meronimi dikatakan “tangan adalah bagian dari bagian tubuh”. Contoh lain “spion adalah bagian dari kendaraan” dan “ruang tamu” adalah bagian dari rumah”. Simaklah bagian berikut ini, yang pertama berelasi hiponimi, dan yang kedua berelasi meronimi.


                           


    Terimakasih semuanya, sudah berkesempatan mengunjungi web ini, semoga yang saya jelaskan dapat bermanfaat untuk kalian, tunggu dipenjelasan materi yang berikutnya ya??  Dan jangan lupa follow websitenya hehehehehe bye see you

Posting Komentar